Mencari Solusi Pembelajaran Daring yang Efektif

25 Agustus 2021, 10:31 WIB
Prof. Zainuddin Maliki (kanan) dan Rina Wahyu Setyaningrum (jilbab ungu) saat menjadi pemateri Bincang Pendidikan bertajuk "Transformasi dan Digitalisasi Budaya Belajar Jarak Jauh" pada Kamis, 19 Agustus 2021 lalu. /RBC Institute

PORTAL BONTANG - Berakhirnya pandemi belum diketahui secara pasti. Otomatis, pembelajaran daring masih akan terus dijalani.

Dua tahun terakhir metode belajar daring dijalankan, ada beberapa evaluasi yang mesti jadi perhatian, terutama bagi pengajar dan pendidik.

Anggota Komisi X DPR RI, Prof. Zainuddin Maliki mengakui, pendidikan jarak jauh yang saat ini berjalan lebih dari dua tahun belum menghasilkan pembelajaran yang memuaskan.

Baca Juga: Terulang Lagi, WNA Pakai NIK Warga Bandung untuk Vaksinasi

Proses pembelajaran yang diharapkan juga belum terlaksana dengan baik.

Ia menilai, pendidikan jarak jauh yang ada berlangsung kurang efektif. Salah satu faktornya adalah aspek teknologi.

Menurutnya, teknologi digital belum bisa dikuasai dan dimanfaatkan dengan maksimal. Utamanya oleh para pengajar dan pendidik.

“Fenomena tersebut harus menjadi evaluasi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran," ujar Zainuddin, dikutip dari rilis giat Bincang Pendidikan bertajuk "Transformasi dan Digitalisasi Budaya Belajar Jarak Jauh", pada Kamis, 19 Agustus 2021 lalu. 

Baca Juga: Gubernur Kaltim Minta Dukungan Pembangunan Tol Samarinda-Bontang Kepada Presiden

"Para tenaga pendidik juga diharapkan mampu menempa diri dan menerapkan serta mengemas pembelajaran dengan menarik. Yakni dengan menggunakan metode Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI),” lanjut pria yang pernah menjabat sebagai Dewan Pendidikan Pemprov Jatim ini, dalam acara yang digelar Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A. Malik Fadjar itu.

Pada kesempatan yang sama, Rina Wahyu Setyaningrum yang didapuk sebagai pemateri kedua, menyoroti adanya perbedaan yang signifikan antara pembelajaran daring dan luring.

Ketika daring, sebagian besar anak-anak sering merasa sendiri karena tidak memiliki orang yang bisa menjadi konsultan secara langsung.

“Padahal saat pembelajaran luring, tidak jarang siswa mengalami kesulitan dan diatasi oleh para guru secara langsung. Sedangkan ketika di rumah, siswa harus mempersiapkan semuanya sendiri,” jelasnya.

Baca Juga: Resmikan Tol Balikpapan-Samarinda Seksi 1 dan 5, Jokowi: Semoga Tumbuh Titik-Titik Ekonomi Baru

Kendati demikian, Rina, panggilan akrabnya mengatakan, ada beberapa hal positif yang didapat oleh siswa dalam pembelajaran daring.

Misalnya saja mengerjakan tugas bersama teman sebayanya. Ia juga mengungkapkan bahwa pendidikan karakter dapat disinergikan selama pendidikan jarak jauh.

Rina mencotohkan salah satu sekolah di Surabaya yang mengaplikasikannya melalui rutinitas pagi hari.

“Saat sebelum pembelajaran daring berlangsung, peserta didik diminta melakukan hafalan ayat-ayat pendek Alquran, memahami maknanya, serta menyanyikan lagu-lagu kebangsaan," katanya.

Baca Juga: Update Kasus Covid-19 Bontang 24 Agustus 2021: Tambah Tujuh Kasus Meninggal, Cek Link Vaksinasi Ibu Hamil

"Selain itu, nilai integritas dan kemandirian juga bisa dilakukan bersama orang tua di rumah, sesuai dengan petunjuk guru dengan melaporkan hasil kegiatan melalui bukti foto,” sambungnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Nashir Effendi. Ia menilai diskusi yang dilakukan di ruang digital jauh lebih interaktif.

Misalnya saja pembelajaran melalui Google Classroom yang mendorong para siswa pendiam untuk mengajukan pertanyaan saat kurang memahami materi.

Di akhir pemaparannya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pemuda Muhammadiyah (PP IPM) ini mengatakan, perubahan paradigma proses pembelajaran di dalam kelas adalah langkah strategis dalam menghadapi era digital.

Tujuannya adalah menciptakan proses yang penuh dengan pengalaman menarik.

"Selain itu juga dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berkolaborasi dengan para guru dan temannya," pungkasnya.***

Editor: Muhammad ZA

Tags

Terkini

Terpopuler