Gagal Gabung NATO, Ukraina 'Kambing Hitamkan' Jerman dan Prancis

11 April 2022, 18:15 WIB
Gagalnya Ukraina masuk dalam keanggotaan NATO disebut-sebut andil dari Prancis dan Jerman. /Tangkap layar postingan akun Instagram @zelenskyy_official

PORTAL BONTANG - Gagalnya Ukraina masuk dalam keanggotaan NATO disebut-sebut andil dari Prancis dan Jerman.

Tudingan kepada dua negara tersebut disampaikan Presiden Ukraina yang menuduh Jerman dan Prancis menjegal keanggotaan negaranya dalam NATO.

Hal ini disampaikan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky saat dia berbicara kepada para pemimpin Barat dalam pesan video pada Minggu, 10 April 2022 malam.

Baca Juga: Tegas Tolak Penundaan, Jokowi Sebut Anggaran Pemilu 2024 Capai Rp110,4 Triliun

Dikutip PortalBontang.com dari berita Pikiran-Rakyat.com berjudul "Volodymyr Zelensky Tuding Prancis dan Jerman Biang Kerok Ditolaknya Ukraina Gabung NATO".

Video tersebut disampaikan hanya beberapa jam setelah menyaksikan jejak kematian dan kehancuran yang ditinggalkan pasukan Rusia saat mereka mundur dari pinggiran utara Kyiv, Bucha.

Zelensky menyerukan negara-negara Barat untuk meninjau ulang kerjasama dengan Rusia.

Terlebih kata Volodymyr Zelensky, peperangan yang dimulai Rusia telah memakan korban warga sipil yang tidak sedikit.

Baca Juga: Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga

Zelensky meminta adanya penilaian kembali upaya Prancis dan Jerman untuk terlibat dengan seorang pemimpin yang pasukannya dituduh melakukan kejahatan perang mengerikan di Ukraina.

Dia memiliki pesan khusus untuk mantan pemimpin Jerman dan Prancis, Angela Merkel dan Nicolas Sarkozy, yang dia tuduh telah menjegal Ukraina bergabung dengan NATO.

"Saya mengundang Merkel dan Sarkozy untuk mengunjungi Bucha dan melihat apa yang telah dihasilkan oleh kebijakan konsesi ke Rusia dalam 14 tahun," kata Zelensky, merujuk pada pembunuhan mengerikan warga sipil Ukraina sebagai 'kejahatan perang'.

Baca Juga: Baca 99 Asmaul Husna dalam Doa, Raih Berbagai Keutamaan Kata Syekh Ali Jaber

“Lihat dengan mata kepala sendiri orang-orang Ukraina yang disiksa dan dibunuh,” ucapnya menambahkan.

Zelensky lantas menyinggung soal KTT NATO 2008 di Bucharest, di mana aliansi trans atlantik memberi janji pada Georgia dan Ukraina akan keanggotaan NATO.

Namun, posisi itu dinilai Volodymyr Zelensky menjadi abu-abu, hingga akhirnya timbul agresi Rusia.

“Mereka berpikir bahwa dengan menolak Ukraina, mereka dapat menenangkan Rusia, meyakinkannya untuk menghormati Ukraina dan hidup normal bersama kami,” katanya dalam pidato videonya, menuduh anggota NATO bertindak “dalam ketakutan” terhadap Kremlin.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa 9 Ramadhan 1443 H, 11 April 2022 Wilayah Bontang, Samarinda, dan Balikpapan

Runtuhnya tatanan pasca-Perang Dingin

Kembali pada tahun 2008, baik Prancis dan Jerman menganggap terlalu dini bagi Ukraina dan Georgia untuk bergabung dengan NATO.

Mereka juga memperingatkan bahwa memasukkan bekas Republik Soviet akan membahayakan hubungan dengan Rusia.

Baca Juga: Cara Install Windows 11 di Android

Saat itu juga sudah ada peringatan yang disuarakan diplomat AS yang berusaha menghalangi Gedung Putih untuk menawarkan jalan konkret menuju keanggotaan.

Dalam pernyataan singkat yang dikeluarkan oleh juru bicaranya pada hari Senin, Merkel mengatakan, dia bertahan dengan keputusannya sehubungan dengan KTT NATO 2008 di Bucharest.

Dia juga menawarkan dukungannya untuk semua upaya demi mengakhiri barbarisme dan perang Rusia melawan Ukraina.

"Sulit untuk mengetahui apakah rencana keanggotaan untuk Ukraina akan cukup untuk menghalangi Putin," kata Laure Delcour, seorang ahli dalam hubungan UE-Rusia di Universitas Sorbonne Nouvelle di Paris.

Baca Juga: Cara Transfer GoPay ke OVO yang Praktis dan Mudah

“Keanggotaan NATO adalah proses yang sangat panjang dan sangat mungkin bahwa Ukraina masih tidak akan menjadi anggota saat kita berbicara saat ini,” katanya kepada FRANCE 24.

“Orang juga dapat membayangkan bahwa Putin akan bergerak lebih cepat untuk menggagalkan pengakuan Ukraina,” ucapnya lagi menambahkan.

'Bergerak cepat' persis seperti yang dilakukan Putin hanya empat bulan setelah KTT Bukares, mengirim tank-tanknya ke Georgia untuk mendukung separatis pro-Rusia di provinsi-provinsi Abkhazia dan Ossetia Selatan yang memisahkan diri.

Dia mengulangi trik enam tahun kemudian di wilayah Donbas Ukraina, melangkah lebih jauh dengan pencaplokan Krimea.*** (Rizki Laelani/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: M. Zulfikar

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler